Sabtu, 14 Mei 2016

[Experiment] Eat Slowly

Ini bermula saat membaca sebuah paper milik teman, kalau nggak salah untuk mata kuliah Hermeneutika (yang tidak aku ikuti). Intinya paper itu 'bercerita' mengenai bagaimana generasi saat ini mempunyai tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan generas-generasi sebelumnya. Salah satunya karena keinginan untuk sukses yang lebih besar, Kemudian di situ terdapat kutipan dari salah seorang filsuf Tiongkok mengenai hidup zen.


“If you are depressed you are living in the past.
If you are anxious you are living in the future.
If you are at peace you are living in the present.”


Meskipun depresi bukan hanya disebabkan masa lalu, masa lalu pun tidak selalu menyebabkan depresi, seringkali bernostalgia itu menyenangkan bukan? Memikirkan masa depan tentu tidak ada salahnya, apalagi menyusun mimpi dan bersemangat karenanya. Terlepas dari berbagai konteks yang melekat pada quote di atas, dapat disimpulkan seseorang dapat dikatakan hidup dengan tenang apabila tidak terbayang-bayang (dengan kesalahan/hal lain di) masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan. Misalnya gelisah karena memikirkan presentasi yang harus dilakukan besok, saat selesai presentasi, kembali memikirkan gimana ya, tadi presentasinya?  Berkaitan dengan paper yang ditulis teman mengenai saat kebanyakan orang yang ingin mencapai kesuksesan, dengan pola hidup yang mementingkan achievement, hidup serba cepat, mungkin dua hal tersebut dirasa faktor dominan yang menyebabkan orang stres.

Paper tersebut bisa jadi awal 'hidayah' mengenai pentingnya  living in the moment bagiku. Kalau kata dosen yang dikenal 'nyufi', kadang kita hidup secara tidak sadar, bangun pagi-tiba-tiba-udah-malam. Lupa makan, kalau iya pun makannya cepat-cepat. Saat harus mengerjakan tugas, kepikiran enak nih kalau liburan, enak nih kalau bisa nge blog dan pikiran seandainya seandainya yang lain. Saat liburan, malah khawatir dengan kerjaan dan tugas-tugas yang menumpuk. Hal ini kurasakan saat liburan long weekend minggu lalu. Saat itu yang kuharapkan adalah me time bersama keluarga, tetapi tiba-tiba harus mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan KKN dan UKM. Saat itu, rasanya pengen matiin alat komunikasi selama seminggu, tapi ya nggak tega dan kepikiran karena bagian dari tanggung jawab. Sambil mengerjakan tugas-tugas itu, aku mbatin gimana caranya aku harus menikmati liburan, walau ada tugas-tugas seperti ini, mood nggak boleh hancur, nggak boleh, libur panjang sampai besok UAS cuma ini.

 Aku pun ingat dengan paper itu, bagaimana menikmati saat ini, nggak kepikiran yang nanti atau hal lain. Saat ini bukan hanya hari ini, tapi benar-benar hidup, sadar di detik ini. Lalu, hal yang kulakukan adalah... googling saking udah nggak ngerti lagi. Aku pun menemukan beragam artikel yang membantu. Kucoba untuk fokus menikmati liburan saat alat komunikasi disimpan di tas, segala aktifitas yang kulakukan bersama keluarga saat itu sebisa mungkin kelalui dengan sadar. Saat yang lain istirahat, barulah ngerjain tugas-tugas tadi. Satu-satu, nggak ada multitasking seperti biasa. Saat itulah aku 'sedikit' mengerti apa yang dikatakan beragam artikel : zen is not a destination, it's a way. Saat itu ngomong ke diri sendiri nggak usah mengharap liburan tanpa gangguan, pilihan tenang ada di tangan kita sendiri, yang harus dikerjakan ya dikerjakan saja. Ternyata aku bisa senyum-senyum sampai liburan berakhir, dan merasa 'kalem' aja.

Masalahnya ketika kembali ke 'dunia nyata' alias bukan lagi liburan, aku kehilangan motivasi untuk living in the moment. Kalau kemarin, motivasinya nggak ingin liburan dan waktu dengan keluarga yang terbatas jadi sia-sia, sekarang, halah kuliah setiap hari ini. Kadang keburu-buru juga pas berangkat kuliah, habis jam ini, itu lalu harus begini, dan kemudian begitu dan lelah sendiri. Terakhir kemarin, mengira nggak bawa tablet pas buka tas. Pas siang-siang, lho kok ini aku bawa tab? Padahal perasaan tadi sudah membuka tas dengan seksama. Tabletnya 10 inch pula -__- kok bisa nggak sadar. Selain itu masih suka multitasking saat kuliah (sambil ngerajut atau lihat gadget), soalnya kalau bosan, aku ngantuk T.T. Tapi lagi-lagi, it's a way. Masing-masing dari kita punya cara untuk mengatasinya. Aku mencoba mempraktikan hal yang sekiranya kubisa lakukan, sekalian mencoba, apakah metode itu cocok untuk aku. Begitu pagi buru-buru, siangan coba calming down waktu ada kesempatan. Salah satu yang coba kulakukan adalah
hand lettering :  by myself


sudah tiga kali dalam pekan ini aku mencoba makan dengan tenang, nggak sambil gadgetan, sambil dengar musik, fokus sama kunyahan-kunyahan dan rasa lotek kansas, nggak mikir habis ini mau ngapain, nggak juga memusingkan kok tadi bangunnya telat sih, merhatiin mbak-mbak yang bikin lotek, orang-orang yang lewat, intinya berusaha sadar se sadar sadarnya, nggak asal naruh sendok ke mulut.

source : https://www.psychologytoday.com/articles/200811/the-art-now-six-steps-living-in-the-moment
Eksperimen kecil ini merupakan langkah awal. Mungkin dengan mencoba  10 menit makan dengan pelan, aku bisa lebih fokus untuk 2 SKS kuliah, dan 3, dan 4, dan skripsian. Catatan (ceilah) perkembangan eksperimen ini akan kulanjutkan insyaAllah minggu depan. Selamat berakhir pekan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar